Sabtu, 25 Juni 2016

Filosofi Angka Jawa dengan Pelafalan Khusus

Filosofi Angka Jawa dengan Pelafalan Khusus
Nanda Triyaningsih - 152151132
nandatriyaningsih97@gmail.com



A
ngka merupakan suatu gagasan yang abstrak, digunakan untuk menghitungdan mengukur. Angka merupakan pelambangan jumlah yang diakui manusia untuk dipergunakan untuk menghitung dan megukur. Dan Lafal adalah cara seseorang tahu sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambang-lambang.
Dalam kajian matematika dikenal dengan  istilah bilangan atau angka – angka. Angka – angka itu tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari – hari, serta angka tersebut kita kenal dimulai dari angka 0 – 9. Dari keseluruhan angka tersebut yang paling menarik untuk dibahas adalah pelafalan angka 11,21, 25, 50, 60, dalam bahasa jawa . Angka tersebut berbeda dengan angka lain, dari segi pelafalan. Angka itu merupakan angka yang memiliki sejarah dan karakteristik sehingga dapat diambil filosofisnya dan hal ini dapat membedakan dirinya dengan angka – angka yang lain.
Mengapa dalam pelafalan di jawa angka 11 tidak di baca dengan sedoso setunggal?melainkan di baca sewelas.  Mengapa dalam pelafalan di jawa angka 21 tidak di baca dengan kalihdoso setunggal? melainkan dibaca selikur.  Mengapa dalam pelafalan di jawa angka 25 tidak di baca dengan kalihdoso gangsal?melainkan selawe. Mengapa dalam pelafalan di jawa angka 50 tidak di baca dengan gangsaldoso? melainkan seket. Dan yang terakhir, mengapa dalam pelafalan di jawa angka 60 tidak di baca dengan enemdoso? melainkan sewidak.


Ada makna apakah dibalik pelafalan angka-angka tersebut? Berikut penulis memberi jawabannya!


Angka 11:
Filosofinya, bahwa pada usia 11 tahun hingga 19 tahun adalah saat-saat berseminya rasa welas asih (belas kasih) pada jiwa seseorang, terutama terhadap lawan jenis. Itulah usia di mana seseorang memasuki masa akil baligh, masa remaja. Anak anak memasuki masa pubertas.
Angka 21:
Di sini terdapat satuan Likur yang tidak lain merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi.Mengapa disebut demikian? Maknanya, bahwa pada usia 21 hingga 29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “tempat duduknya”, baik itu berupa pekerjaannya, profesi, atau jabatan, yang akan ditekuni dalam kehidupannya. Apakah sebagai pegawai, guru, pengusaha, pedagang, seniman, penulis, dan lain sebagainya.
Angka 25:
Bahkan yang lebih menarik lagi, angka 25 memiliki sebutan khusus, yang mana bilangan 25 tidak disebut sebagai limang likur, melainkan selawe. Apa maknanya, Selawe konon merupakan singkatan dari SEneng-senenge LAnang lan WEdok, itulah puncak asmaranya seorang laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebutlah (25) pada umumnya seorang laki-laki berumah tangga (dadi manten),Memang tidak semua orang menikah pada usia tersebut, tapi jika dirata-rata memang di antara usia 21-29. Pada saat kedudukan sudah diperoleh, pada saat itulah seseorang siap untuk menikah.
Angka 50:
Pada bilangan 50. Seharusnya, angka ini disebut sebagai limang puluh, namun sebutan populernya tidaklah demikian, angka 50 lebih sering disebut dengan seket.Apa makna dibalik ini? Konon SEKET merupakan kependekan dari kalimat SEneng KEthonan, artinya suka memakai kethu / alias tutup kepala/topi/kopiah dan sebagainya. Hal ini menandakan usia seseorang semakin lanjut, dan tutup kepala merupakan lambang dari semua itu. Selain itu tutup kepala merupakan alat untuk menutup rambut yang mulai botak atau memutih.
Di sisi lain, tutup kepala bisa juga berupa kopiah yang melambangkan orang yang sedang beribadah. Memang demikian, pada usia 50, kita sebagai manusia seharusnya memperbanyak  ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat.

Angka 60:
Lain 50, lain pula 60. Angka ini tidak populer dengan sebutan enem puluh, tapi lebih sering diseut dengan sewidak atau suwidak.Usut punya usut, konon sewidak merupakan kependekan dari 'SEjatine WIs wayahe tinDAK'.
Maknanya, sesungguhnya pada usia tersebut sudah saat seseorang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan dunia fana ini. Ini karena nabi Muhammad SAW, meninggal pada usia sekitaran tersebut. Maka kalau usia kita sudah mencapai 60, lebih berhati-hatilah dan tentu saja semakin banyaklah bersyukur, karena usia selebihnya adalah bonus dari Yang Maha Kuasa.
Kenapa juga angka-angka seperti 11, 21, 25, 50, 60 dalam pengucapannya berbeda dengan angka-angka yang lain.
Kesimpulannya ternyata dibalik itu ada sesuatu yang tersembunyi dimana ada maksud tertentu dalam pengucapannya. Dalam maknanya menggambarkan tentang kehidupan yang dijalani manusia semasa di dunia dari kecil hingga kita akan meninggal dunia. Ilmu matematika juga berperan, karena umur kita dapat di tunjukan dengan angka-angka.
Saran pembuatan artikel ini untuk pembaca yaitu pembaca di harapkan dapat  mengembangkan lagi esai ini.

Daftar Pustaka
Jimmy Prawira (2015)  Kenapa 25 itu selawe, 50 itu siket, 60 itu sewidak. [online] tersedia: http://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/08/26/kenapa-25-itu-selawe-50-itu-siket-60-itu-sewidak [01 April 2016]

Anonim (2015) Nama angka dalam bahasa jawa [online] tersedia: https://id.wiktionary.org/wiki/Wiktionary:Nama_angka_dalam_bahasa_Jawa [01 April 2016]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar