Jumat, 22 Desember 2017

Happy Volunteering Happy Me!

Di blog post ini aku akan cerita tentang pengalaman volunteering aku sepanjang tahun 2017. Baik volunteering di event atau di komunitas. Aku suka daftar-daftar jadi volunteer untuk nambah point aja sih, point yang kumaksud bisa pengalaman, teman baru, keterampilan baru, pengetahuan baru dan lain-lain. Tapi kalau ada koinnya, ya lumayan juga hehe.

Januari 2017 dibuka dengan Sobat Budaya. Sobat budaya adalah sebuah komunitas di mana para anggotanya jadi kader pendataan budaya Indonesia. Baik kesenian, batik, makanan bahkan musik. Aku daftar sebagai tim Program dan yeay diterima! Program-programnya bagus. Dan orang-orang di dalamnya luar biasa. Di sana aku bertemu dengan Bang Hokky (founder Sobat budaya), Bang Vande, Kak Wulan, Regina dan masih banyak lagi. Tapi sayang, aku hanya aktif sekitar 2 bulan karena aku tidak bisa membagi waktu antara kuliah, kerja dan komunitas ini. Tapi jangan salah, tiga bulan yang aku lalui dengan Sobat Budaya ini adalah tiga bulan paling produktif sepanjang hidup haha. Dalam tiga bulan tersebut, aku beberapa kali terlibat dalam rapat-rapat dengan beberapa pihak yang cukup berpengaruh di Indonesia. Aku juga terlibat acara "Kamisan Budaya" IAITB yang waktu itu membahas topik tentang hubungan Sains dan Budaya. Aku sempat membuat rancangan program tentang Kemuliaan Kuliner Nusantara, tapi karena aku yang tidak bisa mengatur waktu dengan baik, yah, dengan berat hati aku melepaskan program itu. Sayang sekali memang tidak bisa lanjut sampai lulus. Tapi setidaknya ini menjadi pengalamanku yang berkesan dan bermanfaat untuk kedepannya.



Di akhir Maret, aku secara sukarela menjadi tim marketing Pop Art Beauty, yaitu acara pameran kecantikan di Depok yang diselenggarakan oleh kakak tingkatku di kampus. Pameran ini diselenggarakan setiap tahunnya dan di-direct langsung oleh mahasiswa semester 6. Tahun ini aku jadi volunteer, 2 tahun lagi, angkatanku yang akan menjadi penyelenggaranya. Konsep dan tema pameran ini setiap tahunnya berubah-ubah, tergantung tim siapa yang menjadi pemenang di bidding proposal semester 5. Tahun 2017 ini, Pop Art Beauty inilah yang menjadi pemenang dalam bidding tersebut. Berkat Pop Art Beauty aku sadar bahwa mulai dari sekarang aku harus merawat diri. Karena kalau diri sendiri saja tidak merawat, lalu siapa lagi yang akan merawat? (eheheh) Aku juga membeli 1 produk kecantikan yang hmmm lumayan bisa membantuku merawat kulit. Terima kasih Pop Art Beauty hehehe

Bulan Juni aku bergabung dengan Rajanya Event, aku daftar, diterima, gabung ke grupnya kemudian handphoneku hilang. Yasudah. Ceritanya habis. Tapi aku belum sepenuhnya keluar dari keanggotaan RE.

Agustus juga termasuk salah satu bulan paling produktif, karena aku daftar di dua kegiatan yang berbeda. Pertama Art Stage Jakarta dan kedua Parade ASEAN.

Aku suka Art Stage karena acaranya bagus. Sebuah pameran lukisan berskala internasional diselenggarakan oleh Art Stage Jakarta bekerjasama dengan Art Stage Singapore. Pengunjung yang datangpun kebayankan penikmat lukisan dari luar negeri. Banyak sekali karya yang aku suka tapi tidak bisa diraih. Harganya mahal. Jangankan dibeli, menyentuhpun ku 'tak berani hehehe. Ada salah satu pelukis yang lukisannya unik. Aku tidak tahu siapa namanya, tapi yang jelas dia pelukis dari Korea Selatan. Karyanya itu seperti kartun, colorful dan sangat menarik. Nanti kalau ingat, aku sunting khusus part yang ini. Di awal aku sempat menyinggung tentang poin dan koin kan? Nah di Art Stage inilah aku dapat keduanya. Bukan hanya, point, tapi aku juga dapat koin hehe Alhamdulillah.

Lanjut ke Parade ASEAN. WOW. Senang sekali bisa jadi bagian dari Paraade ASEAN 50 ini. Bagaimana tidak? Jam 4 pagi seluruh volunteer harus sudah kumpul di lapangan IRTI. Huft. Agak kekterlaluan ya permintaanya untuk seorang anak rantau yang tinggal di Depok. Sungguh. Ttapi, dibawa santai saja. Oiya, aku mau cerita saja tentang pra eventnya. Jadi ceritanya adalah seperti ini: Rute Paradenya itu sendiri adalah dari Monas (IRTI) sampai ke Jl. Imam Bonjol (dekat Bunderan Hotel Indonesia), jaraknya sekitar 3 km, mungkin kurang. H-1 seluruh volunteer harus mengambil kaos di Pejambon. Kebetulan ada salahsatu teman yang minta bantuan untuk reschedule tiket kereta ke Stasiun Gambir. Ok. Petualangan dimulai. Karena tidak ada krl yang berhenti di stasiun Gambir, aku memutuskan turun di Stasiun Gondangdia. Jarak Gondangdia ke Gambir sekitar 1 km. Sampai di Gambir aku jalan ke Pejambon untuk ambil kaos volunteer. Gambir ke Pejambon jaraknya sekitar 1,5 km. Dari Pejambon aku kemballi lagi karena belum mendapat tiket. Ok, jalan lagi 1,5 km. Setelah dapat tiket, aku jalan lagi ke Gondangdia. Ok, jalan lagi 1 km. Hm. Seru ya! Mulai Parade duluan sebelum yang lain Parade. Kalau dihitung hitung, aku jalan lebih jauh daripada rute parade pas hari H. Oiya, aku punya teman baru:


(dari kanan ke kiri: Lala (UNJ), aku, Kak Debora (Unsri), April (UNJ))



Bulan September aku daftar di Festival Cerita Jakarta. FCJ ini tidak kalah luar biasa dari event-eventku sebelumnya. Persiapannya sangat matang. Bahkan kami mengadakan gethering pertama di dua bulan sebelum acara. Kesan pertama yang menurutku sangat baik. Acaranya juga bagus. Begitu juga orang-orangnya. Aku bersyukur bisa bertemu dengan orang seperti Kak Ina, Kak Ira dan Kak Kaca. Aku bisa sharing dan respon mereka juga sangat baik. Aku senang! Aku sempat berfikir bahwa aku menyesal jadi volunteer karena tidak bisa mengikuti acara sepenuhnya. Tapi setelah dipikir lagi, aku akan lebih menyesal jika hanya jadi peserta karena tidak bisa kenal dengan teman-temanku yang sekarang (cyailah). Semoga bisa bertemu lagi lain waktu.




Dan yang paling membuat aku bahagia adalahhhhhhhhhhhh


INSPIRATION FACTORY FOUNDATION!!!!!!!

Aku senang sekali jadi bagian dari yayasan ini. Pada dasarnya aku ingin jadi pengajar, tapi bukan di ranah formal. Sempat berpikir untuk jadi guru les, tapi tidak mudah. Aku takut tidak bisa membagi waktu. Aku takutjadi guru yang abai. Akhirnya aku mencari kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan di Indorelawan. Yeay akhirnya bisa dipertemukan dengan Inspiration Factory. Senang sekali. Jadi, setiap akhir pekan aku bisa berbagi kepada adik-adik yang tinggal di rusun-rusun di Jakarta. Sejauh ini, aku baru berkunjung ke Rusun Griya Tipar Cakung dan Rusun Pinus Elok. Satu lagi di Pluit, tepatnya di kolong jembatan dekat halte jembatan tiga. Aku tidak tahu lagi harus mendeskripsikan rasa syukur seperti apa lagi karena telah bergabung dengan mereka. Banyak sekali adik dan teman fasilitator yang sangat menginspirasi. Di sini aku belajar indahnya berbagi. Belajar bekerja dengan hati. Dan yang paling penting adalah belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam berbagai aspek. 





Tulisan ini sudah cukup banyak, ya? Aku berharap di tahun-tahun selanjutnya bisa lebih baik dari tahun ini dan bisa lebih bermanfaat bagi lebih banyak orang lagi.

Jakarta City Philharmonic

Di tulisan ini, aku akan mengulas tentang Jakarta City Philharmonic sepanjang tahun 2017. Sebelum mulai, aku mau sedikit cerita dulu tentang bagaimana aku tahu tentang JCP ini.



Jadi, sekitar November atau Desember 2016, aku follow instagram kineforum dan muncul jakartscouncil di tab recommendationnya. Aku followlah jakartscouncil dan beberapa hari kemudian aku lihat ada postingan tentang registrasi online JCP edisi kedua. Tanpa tahu JCP itu apa, aku daftar di registrasi online itu. Setelah daftar, aku cari tahu tentang Jakarta City Philharmonic. Dan ternyata Jakarta City Phi

lharmonic adalah sebuah konser orkestra GRATIS di Jakarta, selengkapnya bisa dilihat di sini. Setelah mengantongi sedikit informasi tentang JCP, aku semakin penasaran dengan orkes ini. Tapi sayang, aku belum beruntung untuk bisa menyaksikan JCP edisi kedua. JCP ini selalu dihelat di Gedung Kesenian Jakarta yang ada di Pasar Baru. Kapasitas kursi penontonnya hanya sekitar 425 orang.

***

Memasuki tahaun 2017, aku masih menunggu kabar tentang JCP. Tapi hingga bulan Februari belum ada informasi apa-apa. Saat itu dalam sehari mungkin aku bisa beberapa puluh kali mengunjungi laman resmi dewan kesenian jakarta dan akun instagramnya, saking tidak sabar untuk segera registrasi. Hingga bulan Mei, penantianku berbalas (cie). Aku segera mendaftarkan diri beberapa saat setelah link registrasi online dipublikasikan. Katanya, email konfirmasi akan dikirim 3 hari sebelum peerunjukkan. Oke, aku mulai bisa tenang. Tapi hingga H-3 pertunjukkan, aku belum juga mendapatkan email konfirmasi. Aku mulai panik dan menghubingi Dewan Kesenian Jakarta melalui social media dan email, tapi tidak ada yang di balas satupun. AKU MAKIN PANIK! 
Barulah H-1, kicauanku di twitter dibalas:


TERNYATA AKU SALAH INPUT EMAIL HUHUHUHU SEDIH. Tapi panitianya baik. Email konfirmasinya dikirim ulang ke emailku hehe. Penantianku sejak bulan Desember akhirnya berbuah manis. Aku reservasi 3 tiket, 2 tiket lainnya aku beri ke temanku yang - aku paksa agar - ingin menyaksikan konser gratis.

Yang paling aku ingat dari JCP edisi 3 ini adalah permainan solo violin dari Danny Robertus. Indah. Karena ini konser orkestra pertamaku, jadi aku sangat menikmati bagaimana musiknya mengalir. Kebetulan aku memang menyukai musik-musik seperti ini. Aku terbiasa untuk mendengarkan musik-musik instrumental sebelum tidur. Tema yang diusung di edisi 3 adalah Rusia: St. Petersburg: The Mighty Handful. Musik khas rusia yang joyfull mengisi seluruh ruang pertunjukkan. Salah satu edisi yang paling berkesan sepanjang 2017.


Bulan berikutnya, JCP kembali dihelat. Edisi 4 mengusung tema Italia Abad XX: Daur Ulang & Opera. Ada yang berbeda dalam JCP edisi 4, karena ada pertunjukan opera di salah satu sesinya. Operanya dalam dua bahasa, Italia dan Indonesia. Para pelakon berbicara dengan bahasa Italia dan ada terjemahan Bahasa Indonesianya di layar, tapi saat itu aku tidak bawa kacamata, akhirnya aku hanya menyaksikan tanpa tahu si pemain bicara apa. Tidak apa-apa, yang penting aku terhibur. Hehe.


Karena satu dan lain hal, di JCP edisi 5 aku hanya menyaksikan babak pertama saja. Musik Robert Schuman awalnya agak membosankan, tapi setelah aku dengarkan dengan seksama sambil memejamkan mata, aku dapat merasakan pointnya. Musiknya seperti bercerita. Dalam satu babak biasanya biasanya terdapat beberapakali jeda, sedangkan edisi ini satu babak diselesaikan tanpa jeda. Salut kepada pengaba dan para pemain! Aku tidak menyaksikan babak kedua. Persembahan orisinil dari Aksan Sjuman. Karya paling baru yang belum pernah dipublikasikan di mana-mana. Menurut temanku, babak kedua sangat bagus. bukan.... tapi SANGAT BAGUS! Ok aku menyesal meninggalkan gedung pertunjukkan


Sama seperti konser sebelum-sebelumnya, terdiri dari dua babak. Yang menjadi highlight dalam edisi kali ini adalah permainan solo piano dari Felix Justin. Permainannya sangat mengesankan. Aku masih ingat bagaimana merindingnya aku dengar permainan piano dari Felix Justin ini.


Aku melewatkan JCP edisi 7, 8, 9. 





Dan edisi pamungkas di tahun 2017 dihelat pada tanggal 20 November 2017. Pertunjukannya sangat mengesankan. Konser yang berbeda dari konser-konser sebelumnya karena ada Melly Goeslaw, Monita, Indra Azis, Marulli Tampubolon dan Rahel Pradika Purba mengisi vokal. JCP biasanya diadakan di Gedung Kesenian Jakarta, tapi untuk dua edisi terakhir diadakan di Theater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, yang memuat penonton hampir 3 kali lebih banyak.

***

Senang sekali bisa jadi bagian dari Jakarta City Philharmonic, walaupun hanya sebagai penonton. Jakarta perlu hiburan seperti ini. Aku akan sangat mengapresiasi jika hiburan-hiburan berkualitas sepeti ini semakin digencarkan oleh pemerintah untuk menghibur warga-warganya. Karena kita tahu sendiri, tinggal di Jakarta sudah cukup untuk membuat stress. Hiburan seperti inilah yang membuat kita -setidaknya aku-, betah barada lama-lama di Jakarta.

Aku juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Dewan Kesenian Jakarta, Badan Ekonomi Kreatif, Pak Budi Utomo pengaba kesayanganku, Pak Eric Awuy favoritku, seluruh tim orkestra dan seluruh tim yang terlibat dalam Jakarta City Philharmonic. Aku suka tinggal Jakarta. Aku suka Jakarta City Philharmonic!